Pengertian
Perbedaan antara Sunni dan Syiah dalam Islam telah menjadi topik diskusi yang hangat selama berabad-abad. Meskipun keduanya mempercayai ajaran Islam dan mengikuti Kitab Suci Al-Quran, ada perbedaan signifikan dalam pandangan mereka tentang sejarah, kepemimpinan, dan praktik keagamaan.
Baca juga: Menjaga tali silaturahmi saat bulan puasa
Sejarah
Sejarah Islam Sunni dimulai setelah wafatnya Nabi Muhammad pada tahun 632 M. Setelah kematiannya, umat Muslim memilih Abu Bakar sebagai khalifah pertama. Selanjutnya, Umar, Utsman, dan Ali menjadi khalifah kedua, ketiga, dan keempat. Mereka dikenal sebagai “empat khalifah yang diakui” oleh umat Muslim Sunni.
Sementara itu, sejarah Islam Syiah dimulai pada masa hidup Nabi Muhammad. Ali bin Abi Thalib, sepupu dan menantu Nabi Muhammad, dipandang oleh Syiah sebagai khalifah pertama umat Islam, bukan Abu Bakar. Syiah percaya bahwa keturunan langsung Nabi Muhammad, melalui Ali dan Fatimah, istri Ali, adalah yang seharusnya memimpin umat Muslim.
Perbedaan dalam kepemimpinan ini telah menghasilkan perbedaan dalam keyakinan dan praktik antara Sunni dan Syiah. Sejarah Islam Sunni dan Syiah ditandai oleh konflik dan pertempuran antara kedua kelompok. Pada abad ke-7, konflik antara Sunni dan Syiah memuncak dengan terbunuhnya cucu Nabi Muhammad, Hussein bin Ali, dalam Pertempuran Karbala.
Setelah itu, Syiah terus hidup sebagai kelompok minoritas dalam Islam. Syiah memiliki pemerintahan sendiri, seperti Kesultanan Safawi di Iran pada abad ke-16. Namun, mereka sering menghadapi diskriminasi dan persekusi oleh Sunni.
Dalam sejarah Islam Sunni, kekhalifahan beralih dari Arab Saudi ke Umayyah, lalu Abbasiyah, kemudian Kesultanan Utsmaniyah pada abad ke-13. Pada masa kekhalifahan Abbasiyah, ilmu pengetahuan berkembang dan pusat-pusat belajar seperti House of Wisdom di Baghdad dan Universitas Al-Azhar di Mesir didirikan.
Meskipun perbedaan yang terjadi antara Sunni dan Syiah, kedua kelompok ini memiliki kesamaan dalam menghargai dan mengikuti ajaran-ajaran Islam yang mendasar. Dalam banyak kasus, perbedaan ini dapat diterima dan dihargai sebagai keragaman budaya dalam Islam.
Perbedaan Kepemimpinan
Perbedaan kedua antara Sunni dan Syiah adalah dalam hal kepemimpinan. Sunni mengakui empat khalifah (pemimpin) pertama umat Islam, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Namun, Syiah percaya bahwa Ali adalah khalifah yang sah dan bahwa dia seharusnya menjadi khalifah pertama setelah kematian Nabi Muhammad.
Alasan utama mengapa Islam Syiah tidak mengakui keempat khalifah Islam (Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali) adalah karena pandangan mereka tentang siapa yang berhak memimpin umat Islam. Syiah percaya bahwa kepemimpinan umat Islam seharusnya tetap di tangan keluarga Nabi Muhammad dan keturunannya, sedangkan Sunni mengakui kepemimpinan orang-orang yang dipilih oleh umat Islam.
Dalam pandangan Syiah, Ali bin Abi Thalib, sepupu dan menantu Nabi Muhammad, seharusnya menjadi khalifah pertama setelah wafatnya Nabi Muhammad. Ali adalah orang yang paling dekat dengan Nabi Muhammad dan dipercayai memiliki pengetahuan yang paling mendalam tentang ajaran Islam. Namun, setelah kematian Nabi Muhammad, kepemimpinan jatuh ke tangan Abu Bakar, yang dipilih oleh umat Islam Sunni.
Syiah percaya bahwa kepemimpinan umat Islam seharusnya tetap di tangan keluarga Nabi Muhammad dan keturunannya, melalui garis keturunan dari Ali dan Fatimah, istri Ali. Oleh karena itu, Ali dan keturunannya dianggap sebagai imam-imam, atau pemimpin spiritual, yang ditunjuk oleh Allah untuk membimbing umat Islam.
Dalam pandangan Syiah, keempat khalifah setelah Nabi Muhammad tidak memiliki hak sah untuk memimpin umat Islam, karena mereka tidak dipilih oleh Allah dan tidak memiliki hubungan darah dengan Nabi Muhammad. Ali dianggap sebagai khalifah yang sah, tetapi dia ditentang oleh orang-orang yang tidak menerima pandangan Syiah. Karena Ali dibunuh, anaknya Hassan dan kemudian cucunya Hussein bin Ali ditunjuk sebagai khalifah oleh Syiah.
Perbedaan Praktik Keagamaan
Perbedaan ketiga antara Sunni dan Syiah adalah dalam praktik keagamaan mereka. Meskipun keduanya mengikuti ajaran Islam, tetapi ada perbedaan dalam tradisi keagamaan mereka. Sebagai contoh, Sunni dan Syiah memiliki perbedaan dalam cara mereka beribadah dan cara mereka mengekspresikan kecintaan mereka kepada keluarga Nabi Muhammad.
Baca juga: Niat puasa Ramadan yang benar
Perbedaan Organisasi dan Hierarki Keagamaan
Perbedaan terakhir antara Sunni dan Syiah adalah dalam organisasi dan hierarki keagamaan mereka. Sunni memiliki struktur organisasi yang lebih terpusat, dengan ulama dan pemimpin yang diangkat untuk memimpin masjid dan masyarakat. Di sisi lain, Syiah memiliki struktur organisasi yang lebih terdesentralisasi, dengan komunitas kecil yang memilih pemimpin mereka sendiri.
Meskipun ada perbedaan yang signifikan antara Sunni dan Syiah, kedua kelompok masih mempertahankan prinsip-prinsip dasar Islam dan menghargai perbedaan pendapat. Dalam banyak kasus, perbedaan ini dapat diterima dan dihargai sebagai keragaman budaya dalam Islam.