Manusia merupakan makhluk kompleks yang selalu berubah ubah dan sulit dimengerti. Kita sering kebingungan dengan sikap teman kita yang mendadak marah-marah, atau bahkan menangis. Kadang, bahkan kita sendiripun kebingungan dengan emosi kita sendiri.
Emosi sering diasosiasikan dengan perasaan negatif. Padahal emosi diartikan sebagai reaksi terhadap situasi tertentu yang dilakukan oleh tubuh. Hal yang biasanya memiliki kaitan dengan aktivitas berpikir (kognitif) seseorang, yaitu sifat dan intensitas dari emosi, yang merupakan hasil dari persepsi akan situasi yang terjadi.
Menurut Paul Ekman, manusia memiliki 6 emosi dasar, yakni terkejut, takut, marah, senang, jijik, dan sedih. Semua emosi ini muncul pada masa bayi khususnya usia 6 bulan pertama. Meskipun emosi bermacam-macam, namun keenam emosi dasar ini memiliki dampak penting terhadap perilaku manusia.
Emosi primer manusia ini yang mungkin telah menginspirasi Pete Docter dalam menggarap film Inside Out. Film yang dirilis pada 2015 ini memang memusatkan ceritanya pada emosi yang ada pada manusia.
Dalam film ini, ada 5 karakter yang merepresentasikan 5 emosi dasar manusia. Ada Joy (bahagia), Sadness (Sedih), Fear (Takut), Disgust (Jijik), dan Anger (Marah). Kelima emosi ini berdiam dalam pikiran Riley, seorang anak berusia 11 tahun yang harus pindah bersama kedua orangtuanya ke San Fransisco.
Pada awal film, penonton akan memiliki perasaan yang sama dengan Joy, ingin agar kita selalu bahagia. Kenyataanya, memang setiap orang tentunya ingin bahagia setiap saat, tidak ingin terlihat sedih. Emosi sedih cenderung membuat orang merasa lemah, tak berdaya, dan terpuruk. Inilah mengapa banyak anggapan bahwa orang yang menangis adalah orang yang lemah. Kita mungkin berharap agar kesedihan itu tidak ada.
Namun pada kenyataannya semua emosi yang kita rasakan, justru yang membuat kita menjadi diri kita. Emosi dasar membentuk kepribadian kita, karenanya semuanya penting. Banyangkan kalau tak ada rasa takut, orang mungkin akan dengan santainya melompat dari lantai 5.
Tanpa kita sadari, sosok Joy yang selalu ingin agar Riley bahagia, sampai mengesampingkan emosi lainnya, merupakan gambaran dari toxic positivity. Toxic positivity adalah kondisi ketika seseorang menuntut dirinya sendiri atau orang lain untuk selalu berpikir dan bersikap positif serta menolak emosi negatif.
Meskipun terlihat baik, keadaan ini sama sekali tidak baik untuk mental seseorang. Berusaha untuk selalu bahagia bisa membuat kita berada di bawah tekanan berat, yang pada akhirnya membuat emosi kita terganggu, seperti halnya Riley.
Kita harus belajar untuk menerima semua emosi yang ada, seburuk apapun itu. Tidak usah percaya pada kata orang bahwa orang yang menangis adalah orang yang lemah. Justru menangis menunjukan penerimaan kita pada situasi serta perasaan kita sendiri.
Menangis juga merupakan reaksi alami tubuh untuk mengeluarkan energi negatif dari dalam tubuh loh. Makanya kita selalu merasa lebih lega setelah selesai menangis. Jadi, jika merasa sedih, jangan ragu untuk menangis ya.