
Menjadi orang tua yang baik di era millenial ini tidak cukup hanya dengan melahirkan dan menafkahi anak secara materi saja. Anak-anak juga memiliki kebutuhan psikologis yang harus dipenuhi oleh orang tua untuk membentuk karakter sekaligus mempersiapkan mereka menjadi anggota masyarakat. Belajar parenting adalah salah satu komitmen bagi orang tua, termasuk ibu muda milenial, untuk menjadi orang tua yang baik yang kelak dapat mengantarkan anak-anak milenial mereka meraih kesuksesan di masa depan.
Apa itu parenting? Menurut Jerome Kagam, seorang psikologi perkembangan, pengasuhan atau parenting sebagai serangkaian keputusan tentang sosialisasi pada anak, yang mencakup apa yang harus dilakukan oleh orang tua agar mampu bertanggung jawab dan memberikan kontribusi sebagai anggota masyarakat. Gunarsa mengatakan Parenting orang tua atau Pengasuhan orang tua adalah pola interaksi antara anak dengan orang tua yang meliputi bukan hanya pemenuhan kebutuhan fisik (makan, minum, pakaian, dan lain sebagainya) dan kebutuhan psikologis (afeksi atau perasaan) tetap juga norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungan.
Pola asuh orang tua sangat mempengaruhi perkembangan fisik dan mental anak. Oleh karena itu ilmu parenting anak sangat penting untuk dikuasai oleh orang tua. Hal ini akan menghindarkan orang tua untuk menerapkan pola asuh yang salah yang dapat membuat anak kecewa kepada orang tua, atau lebih parahnya lagi akan dapat mempengaruhi masa depan anak.
Jenis-jenis Parenting
- Authortarian Parenting

Gaya parenting Authoritarian menganggap bahwa orang tua selalu benar. Gaya parenting ini membuat orang tua menjadi otoriter kepada anak. Anak harus menuruti segala aturan orang tua tanpa membantah atau memberikan pandangannya. Hal ini sering membuat anak kecewa dengan orang tua. Pada gaya pengasuhan atau parenting ini, hukuman biasa karena orangtua menganggap membuat anak merasa bersalah lebih efektif dalam mendisiplinkan mereka.
Pola asuh seperti ini memiliki dampak yang kurang baik terhadap anak. Anak-anak yang diasuh dengan gaya authoritarian akan berisiko mengalami permasalahan harga diri. Pada awalnya, mungkin mereka akan patuh kepada orang tua. Tetapi lama kelamaan mereka memberontak. Perasaan tidak dihargai karena orangtua tidak mau mendengar pendapat mereka dapat membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang agresif. Dampak lain yang mungkin terjadi adalah anak menjadi gemar berbohong untuk menghindari kemarahan orang tua.
2. Authoritative parenting

Jenis pola asuh authoritative adalah jenis pola asuh yang berwibawa yang fokus membangun lingkungan yang positif untuk anak. Pada jenis pola asuh ini, orangtua tetap memberi aturan sesuai dengan gaya mereka, namun pendapat anak tetap didengarkan dan dipertimbangkan. Orang tua yang menerapkan gaya pola asuh ini lebih menekankan pada kebiasaan baik seperti memberikan hadiah dan pujian saat anak melakukan hal yang benar bukan dengan menghukum untuk mendisiplinkan anaknya.
Anak yang tumbuh dengan pola pengasuhan authoritative akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih bertanggungjawab dan pandai mengekspresikan pendapat mereka.Anak merasa dihargai dan mereka juga akan merasa lebih bahagia bersama orang tuanya.
3. Permissive Parenting

Berbeda dengan dua pola asuh sebelumnya yang menerapkan serangkaian aturan kepada anak, pola asuh permisif ini memberikan kebebasan sebanyak mungkin pada anak untuk mengatur dirinya. Orang tua tidak menuntut anak untuk bertanggung jawab dan tidak banyak mengontrol mereka. Pola asuh jenis ini memandang anak sebagai seorang pribadi dan memperbolehkan mereka untuk mengatur tingkah lakunya sendiri. Orang tua yang menerapkan pola asuh ini akan memberikan kebebasan sebanyak kepada anak. Bahkan, mereka memiliki kecenderungan untuk tidak menegur atau memperingatkan anak apabila mereka sedang dalam bahaya. Bimbingan orang tua sangat sedikit diberikan kepada anak pada pola asuh ini. Tidak heran jika terkadang tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang salah.
4. Neglectful Parenting

Jika pola asuh permissive memberikan kebebasan pada anak, pola asuh berikut ini cenderung menelantarkan anak. Pola asuh neglectful ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Orang tua terlalu sibuk untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan kadangkala mereka terlalu hemat biaya untuk kebutuhan anak-anaknya. Penelantaran fisik dan psikis pada anak dalam pola asuh ini akan berdampak seperti membentuk karakteristik anak yang moody, impulsive, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, self ekstrem(harga diri) yang rendah, sering membolos dan sering bermasalah dengan teman-temannya.
5. Overprotective Parenting

Pola asuh yang terakhir ini sangat berlawanan dengan dua pola asuh sebelumnya. Jenis pengasuhan overprotective ini terlihat di mana orang tua memiliki kekhawatiran yang berlebihan terhadap kehidupan anak. Orang tua dengan pola asuh ini sangat khawatir dan cemas apabila kebutuhan anaknya tidak terpenuhi. Mereka juga memiliki ketakutan dan kecemasan akan terjadi hal yang tidak baik pada anaknya. Mereka sering melarang anak-anaknya untuk tidak melakukan ini itu. Alih-alih menjadi anak yang bertanggungjawab dan mandiri, anak dalam pola asuh ini biasanya tidak percaya diri dan menjadi sangat bergantung pada orang tua.
Tujuan parenting adalah untuk membekali orang tua supaya tidak salah dalam mendidik dan mengasuh anak-anaknya. Hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak akan memudahkan orang tua membentuk karakter anak. Selain itu, orang tua juga dapat lebih mudah mengarahkan anak karena sudah mengetahui minat dan bakat anak dengan baik.
Kunci dari parenting yang tepat adalah komunikasi. Dengan demikian, orang tua dan anak dapat saling memahami. Orang tua dapat mengerti kebutuhan anak dan berusaha mengenali bakat dan minatnya supaya dapat mengarahkan anak dengan tepat. Jika perlu, orang tua juga dapat mengajak anak untuk mengikuti tes minat bakat yang ada di aplikasi Aku Pintar untuk mengenali potensi anak. Tentu saja hal ini dapat dilakukan tanpa memaksa anak.
Belajar parenting saat ini dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Orang tua dapat mengikuti berbagai seminar parenting atau membaca buku-buku parenting supaya dapat memahami prinsip-prinsip parenting. Cara lain belajar parenting adalah dengan banyak berkonsultasi dengan ahli tentang pengasuhan anak.
Tips Parenting
1. Komunikasi yang terbuka dan empati.
Gaya parenting milenial lebih berfokus pada membangun hubungan yang kuat dengan anak yang dimulai dari komunikasi yang terbuka dan empati. Dalam hal ini, orangtua harus bersikap mendengarkan dengan penuh perhatian saat anak mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
Selain itu, ketika anak berbicara sebaiknya kita sebagai orangtua tidak mengkritik atau menghakimi mereka. Apabila kita memiliki pandangan yang berbeda, sebaiknya berikanlah dukungan dan pemahaman dengan bahasa yang lembut seperti mengatakan, “Aku dengar dan aku mengerti perasaanmu. Kita bisa menyelesaikannya bersama.”.
2. Memberikan tanggung jawab yang sesuai dengan usia.
Memberikan tanggung jawab yang sesuai dengan usia anak dapat mendorong anak untuk lebih mandiri. Hal ini dapat kita lakukan dengan cara memberikan tugas rumah tangga kepada anak seperti membersihkan kamar, menyimpan mainan, atau membant menyiapkan makanan.
Dalam hal ini, ketika anak sedang melakukan tugasnya, sebaiknya kita sebagai orangtua penting untuk memotivasi mereka seperti mengatakan “Aku percaya kamu bisa melakukannya sendiri. Mari kita kerjakan bersama-sama.”. Dengan memotivasi mereka, si kecil akan lebih semangat dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
3. Memanfaatkan teknologi sebagai sarana pembelajaran anak.
Teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, termasuk dalam pendidikan anak. Dalam era digital ini, gaya parenting milenial lebih memanfaatkan teknologi sebagai sarana pembelajaran anak yang lebih efektif dan efisien. Selain itu, teknologi juga dapat memberikan banyak manfaat dan peluang untuk mengembangkan keterampilan anak melalui aplikasi edukatif atau informasi dari internet. Meskipun demikian, penting bagi kita sebagai orangtua untuk selalu mengawasi dan mengontrol penggunaan teknologi pada anak.
4. Membangun keseimbangan antara hidup digital dan interaksi sosial.
Perlu diingat bahwa meskipun teknologi memiliki peran penting dalam kehidupan anak-anak saat ini, penting bagi orangtua untuk membangun keseimbangan antara hidup digital dan interaksi sosial pada anak. Hal ini dikarenakan interaksi sosial menjadi kunci untuk membantu anak-anak menjadi individu yang mandiri, penuh rasa percaya diri, dan mampu berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka.
Untuk membangun keseimbangan antara hidup digital dan interaksi sosial pada anak, maka penting bagi kita sebagai orangtua untuk membatasi aktivitas anak dalam mengakses internet dengan mendorong anak untuk menjalani kegiatan di luar rumah yang melibatkan aktivitas fisik dan eksplorasi alam. Hal ini dapat kita lakukan dengan cara mengajak mereka main di taman, bersepeda, berenang, atau aktivitas fisik lainnya.
5. Memberikan teladan bagi anak tentang kehadiran dan kejujuran.
Sebagai orangtua penting bagi kita untuk memberikan teladan yang baik kepada anak khususnya dalam kehadiran dan kejujuran. Teladan kehadiran dan kejujuran merupakan aspek penting dalam mendidik anak agar mereka menjadi individu yang jujur dan bertanggung jawab.
Dalam hal ini, kita bisa menunjukkan kepada anak tentang betapa pentingnya memenuhi janji yang telah diberikan, baik kepada mereka maupun kepada orang lain. Jika kita mengatakan bahwa kita akan melakukan sesuatu, pastikan untuk melakukannya dengan tepat waktu. Ini akan mengajarkan anak tentang integritas dan kepercayaan dalam hubungan.
Selain itu, ajarkan juga kepada anak untuk selalu berbicara jujur dan menghargai kejujuran dalam komunikasi. Beri mereka pemahaman tentang konsekuensi dari berbohong dan betapa pentingnya kejujuran dalam membangun hubungan yang sehat.
Demikian tips menerapkan gaya parenting milenial yang efektif untuk mengembangkan kemandirian dan kejujuran anak. Perlu diingat bahwa setiap anak memiliki keunikannya sendiri sehingga perlu melakukan pendekatan yang sesuai dengan kepribadian anak.